Osvaldo Haay, nama yang tak asing bagi pencinta sepak bola Indonesia. Pemain kelahiran Jayapura, 1 Mei 1997 ini, telah malang melintang di berbagai klub ternama seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, dan Persipura Jayapura, sebelum bergabung dengan Persela Lamongan. Kariernya yang cemerlang juga membawanya ke Timnas Indonesia di berbagai level usia, hingga timnas senior.
Uniknya, sepanjang perjalanan membela Merah Putih, Haay merasakan sentuhan tiga pelatih berbeda: Luis Milla, Indra Sjafri, dan Shin Tae-yong. Pengalaman ini, menurutnya, sangat berkesan. Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Bicara Bola, ia mengungkapkan kenyamanan yang dirasakannya di bawah arahan ketiga pelatih tersebut, meskipun dengan gaya kepelatihan yang berbeda.
“Semuanya nyaman,” ujarnya. “Namun, masing-masing pelatih punya cara bermainnya masing-masing, itu saja yang berbeda.”
Perbedaan tersebut terlihat jelas dalam metode latihan dan strategi pertandingan. Luis Milla, kata Haay, menekankan pada passing pendek dan skema segitiga. Indra Sjafri, menurutnya, memiliki pendekatan yang serupa. Berbeda dengan Shin Tae-yong yang dikenal keras dan disiplin.
“Coach STY itu orangnya keras dan disiplin sekali. Terutama ketika sedang membangun fisik pemain, cepat sekali itu. Baru satu bulan sudah jadi semua badan pemain timnas,” ungkap Haay. Disiplin waktu juga menjadi sorotan. Keterlambatan, sekecil apapun, akan berujung pada denda. “Soal waktu juga disiplin sekali. Kalau ada pemain yang terlambat satu menit, pasti kena denda. Dia juga tidak pilih kasih, semua pemain sama di mata STY,” tambahnya.
Pengalaman berharga bersama tiga pelatih top ini membentuk karier Osvaldo Haay. Ketiga pelatih tersebut, dengan gaya dan karakteristiknya masing-masing, telah memberikan kontribusi signifikan dalam perjalanan sepak bolanya.
