Performa Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 lalu menuai kritik. Gaya bermain monoton dan kurang berani berimprovisasi membuat Garuda Muda hanya menjadi runner-up setelah kalah dari Vietnam. Kini, pelatih Gerald Vanenburg dihadapkan pada tantangan besar: meloloskan tim ke Piala Asia U-23 2026.
Kualifikasi Piala Asia U-23 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo (3-9 September) menjadi panggung pembuktian. Indonesia tergabung di Grup J bersama Korea Selatan, Laos, dan Makau. Mantan pemain Arema, Efendi Aziz, menilai Vanenburg harus merombak strategi. “Informasi permainan Timnas di Piala AFF mudah diakses lawan. Vanenburg butuh variasi taktik baru,” tegasnya.

Efendi menyoroti minimnya improvisasi di lini tengah dan depan. “Pemain terlalu aman, kurang berani melakukan umpan terobosan. Ini harus diperbaiki,” ujarnya. Ia menilai pemusatan latihan (25-31 Agustus) sebagai momen krusial bagi Vanenburg untuk mematangkan skema dan taktik baru.
Laos dan Makau bukan lawan berat, namun Korea Selatan menjadi ancaman utama, apalagi dengan kemungkinan kehadiran Shin Tae-yong. “Timnas U-23 harus juara Grup J, bukan mengandalkan status runner-up terbaik,” kata Efendi. Ia menekankan pentingnya kemenangan telak atas Laos dan Makau, serta hasil maksimal melawan Korea Selatan untuk mengamankan tiket langsung ke putaran final di Arab Saudi (7-25 Januari 2026). “Menjadi runner-up terbaik terlalu berisiko,” tutupnya.





